Buat apa bilang udah kalau nyatanya belum.
Buat apa bilang nyantai kalau nyatanya sibuk.
Buat apa bilang rame kalau nyatanya sepi.
Buat apa bilang nggak kalau nyatanya iya.
Buat apa bilang lupa kalau nyatanya inget.
Buat apa bilang benci kalau nyatanya sayang.
Buat apa bilang segala sesuatu terbalik sama kenyataannya?
Mungkin kadang itu cuma reflek seseorang yang nggak mau terlihat lemah.
Mungkin.